Selasa, 13 April 2010
On In Love and Not Being Able to Write Pretty Words
Kata orang, kalo mau ngeblog,
tulislah perasaan paling kuat yang lagi kamu rasakan.
Well, saya lagi jatuh cinta,
dan saya ingin menulis tentang itu.
Now, this is the problem. Saya takut menulis tentang perasaan cinta dalam bentuk paragraf. You know, tulisan tentang cinta, adalah tulisan yang paling susah untuk ditulis. Karena, sangat susah menulis tentang cinta tanpa terlihat dangdut, corny, atau downright menya-menye. Saya tidak ingin tulisan yang saya buat jadi terlihat seperti surat cinta mbak-mbak dan mas-mas pembantu rumah: “Kalau kamu jadi madu, aku jadi lebahnya.” Hoek. Atau, “Kalau kamu jadi kumbang, aku jadi sepedanya… sepeda kumbang.” Dobel hoek.
For me, what I have with him now,
lebih dari analogi yang melibatkan serangga.
Hmmmmm…
Tapi kalau mau dianalogikan, let me get a shot: falling in love with him is like prasmanan tanpa pernah terpuaskan. Semua detail-detail sifat yang dia tawarkan: quirkiness-nya, ketidaklazimannya, kemengertiannya terhadap keanehanku (begitu pun sebaliknya), seperti di tawarkan dalam piring-piring buffet dengan silver platter yang menyala rapih. Dan kuambil. Kukonsumsi. Namun, aku masih kelaparan. Lalu kuambil, kukonsumsi kembali. Dan aku, tetap kelaparan. Saya bisa menyalahkan ini kepada sifat aku yang menagih -dan tidak pernah puas-, atau kepadanya yang terus menawarkan cita-rasa yang tak kunjung habis. Atau, kepada keduanya. I can only sum it up: I. Can’t. Get. Enough. Of him
Tuh kan. Maybe I can’t find cool analogies, pretty metaphors, or write a lovey dopey poem (you know, yang kayak “ketika langit tak berbintang, maka aku..”. Damn, Triple hoek dengan cuh), I definitely can’t write music. I’m a simple person, therefore,I’m not even good with words for these kind of things.
So, I’m gonna make this ultra-simple,
the most primitive form of telling how I feel: “I love him”.
And I love being with him! I love his giggle, his silly grin, his energetic story-telling (with your hands waving aroud), I love our awkwardness, when our hands meet, and the fact we act it cool.Oh and I love the way he walk, the way he dance, the way he sing (god, the way you sing make angels sound like Doraemon!) and how he apply his personality in a paste. I love the look in his eyes when he showed me those MJ videos, Bruce Lee interviews, those reflective eyes, longing for perfection, filled with deep thoughts and ambitions. The ambitions that I share. The way of thinking that I understand. The unconventional person, he is. He is the odd-shaped jigsaw puzzle that I’m looking to fit. And he completed me.
Thus, when they ask me: why do you love her?
I can safely say: what is not to love?
So, I am welcoming him to my life.
Now, let’s do this together, love.
PS: There. The first rule of blogging: write what you feel. Safely done. No insects involved